
Kita tahu beberapa waktu ini kisruh mengenai pembangunan Gedung baru DPR. sebuah gedung yang direncanakan akan dibangun dengan kemegahan dengan 36 lantai dan berbagai fasilitas mewah. beberapa sumber mengatakan bahwa fasilitas tersebut meliputi kamar istirahat lengkap dengan tempat tidur, sebuah supermarket dan yang paling mencengangkan adalah sebuah fasilitas kebugaran (dan saya benar benar tidak tahu apa maksudnya..bugar?).
sontak hal ini banyak menjadi pertentangan ditengah pandangan publik. bagaimana tidak? ditengah carut marutnya keadaan ekonomi, tingkat pengangguran yang masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang secara riil tidak menunjukan hasil yang signifikan. DPR berusaha men-goal-kan sebuah gak bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. apa sebegitu pentingnya sebuah gedung baru dengan segala macam fasilitasnya? dan apakah semua ini akan menjamin kinerja DPR?
kinerja. mungkin itu yang sekarang ini dipertanyakan dari DPR dan pemerintah kita. disini saya mengeluarkan unek unek saya mengenai kinerja mereka yang sampai saat ini menurut saya gak lebih dari sebuah aksi panggil sana panggil sini rempong dengan permasalahan yang nggak selesai, belagak sibuk , lobi sana lobi sini. plesir sana dan plesir sini dan beberapa undang undang yang di hasilkan juga termasuk rancu dan hanya melindungi beberapa pihak. yang membuatnya tentunya
tengoklah kinerja rapat.. berapa yang membolos. berapa yang tertidur atau memilih melepas fokus ketika rapat kerja paripurna atau apapun namanya. yang cukup heboh adalah kejadian ketika salah satu anggota dewan kedapatan menonton video porno ketika rapat. dan sampai saat ini statusnya ga jelas. mengundurkan diri dan dicabut tetapi masih terdata dan melakukan program kerja (yang dapat diartikan ia masih digaji dll).
lalu kinerja apalagi? selain sebuah plesir yang dibalut dengan kalimat Studi banding ke manca negara. dengan semua subjek pembelajaran yang menggelikan. Subjek Etika, yang dipakai oleh dewan kita untuk melanglang buana ke Yunani.. lalu studi penanganan fakir miskin ke Australi. lalu apa yang didapat? itu mungkin pertanyaan besar. jawabannya? semua menghabiskan dana besar yang besar yang berasal dari pajak yang kita bayarkan. sudah menjadi rahasia umum bahwa kepergian studi banding mereka juga difasilitasi dengan berbagai macam fasilitas dan segala tetek bengeknya.. uang "jajan" yang digunakan untuk shoping.. bahkan yang lebih menggelikan adalah kunjungan ke Old trafford (markas Club sepakbola Manchester United) dan Santiago Bernabeu (stadion Real madrid) yang menurut logika saya itu hanyalah akal akalan semata berbalut "studi". kadang saya berpikir, apakah memang diharuskan Anggota dewan kita yang kesana? apa tidak memungkinkan kita yang meminta mereka mengirimkan ahlinya ke indonesia dan memberi pembelajaran? itu akan lebih efisien bukan?
lebih dari menyebalkan dan terasa amat sangat busuk. dan geram dengan semua kenyataan bahwa semua keuntungan fasilitas yang mereka dapatkan adalah dari semua yang kita bayarkan dari apa yang kita sebut pajak. yang merupakan kewajiban kita. tentunya yang kita harapkan selama ini adalah semua itu dipakai untuk pembangunan kesejahteraan rakyat.
namun bagi saya. uang hanyalah uang. bagaimana saya menyayangkan bagaimana kita hanya jadi sapi perah untuk keuntungan beberapa pihak. ada yang menurut saya sisi yang lebih menyedihkan. yaitu prioritas.. diluar bagaimana uang rakyat yang dipakai.. ada sebuah "kemanjaan", sebuah tuntutan dari anggota dewan kita yang lebih diprioritaskan oleh mereka sendiri ketimbang dengan kepentingan kita. sebegitunya mereka berasa "benar" dan merasa "urgent" untuk sesuatu yang Tidak kita (baca: rakyat) perlukan. yang tidak mengenai sasaran kepentingan rakyat. tengoklah gedung baru. bagi saya satu sekian triliun memang mubazir... walau ada yang ga semubazir ketika dibandingkan pembangunan fasilitas untuk sea games di Palembang. tapi yang lebih menyakitkan adalah ketika kita memberi reaksi penolakan. apakah niat mereka berhenti? disitulah yang merupakan hal yang paling menyakitkan.
lebih dari itu. malah reaksi balasan yang dikeluarkan lebih menyakitkan. keangkuhan mereka dipelihara hingga subur dalam arogansi. anda pasti tahu apa yang saya utarakan..
sebuah statement dimana seorang anggota DPR RI menyatakan bahwa pembahasan gedung DPR bukanlah urusan rakyat dan Hanya menjadi pembahasan kaum elit. dan tidak sampai situ.. dalam sebuah pemberitaan mengenai rapat perseujuan pembangunan gedung. seorang anggota DPR dengan arogan menyatakan bahwasanny tidak bisa disamakan antara rakyat dan dpr. anggota itu dengan arogan menyatakan "Kita jangan aneh-aneh membandingkan dengan rakyat yang susah. Itu jelas berbeda. Apa kita harus tinggal di gubuk reot juga, becek-becekan, kita harus realistis" . dan itu keluar dari mulut anggota DPR dari komisi yang "plesir" ke Yunani dengan dalih studi banding mengenai etika.
nah apakah itu pantas? saat ini yang menyebalkan adalah sebuah mentalitas. sedari awalnya mereka menjadi anggota dewan adalah karena mereka dipilih oleh kita, rakyat.. dipilih dengan harapan mereka akan mengabdi untuk kepentingan rakyat. namun sekarang ini setelah seperti ini.. apa pantas mereka sekarang disebut sebagai wakil rakyat? tentunya nalar kita ini bisa menilai dengan cukup sederhana.
Dewan yang terhormat, yang dianggap mewakili kita. menjadi pengawas dari kebijakakan eksekutif pemerintah kita. menjadi begitu bias antara perbuatan dan tujuan. kita lihat nanti di penghujung 2013. sebagaimana payung payung mereka mencoba menjilat dukungan kita.
dan semoga dengan apa yang saya tulis panjang lebar walau tidak begitu wah. saya tetap mengingat semua ini ketika hari itu tiba.. (2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar